Forgotten Bible and Melted Chocolate

Aku hanyalah seorang yang tua dan bodoh, mencoba mengerti namun gagal menasehatimu. Mungkin kau memang terlalu pintar untuk mendengarkan omonganku. Saat kau menutup pintu untukku, biarlah aku mengira semua ini kesalahanku, karena aku bodoh dan tak pernah mengerti.

Sunday, January 15, 2006

PIKIRANKU SUATU SIANG

PIKIRANKU SUATU SIANG

Jadi beginikah kiranya engkau berhenti. Selalu hanya ada dua kemungkinan memang: meninggalkan atau ditinggalkan. Tak satu janjipun mungkin ditepati dalam hal ini. Aku mulai tak percaya ada yang bias berjanji seperti itu. Mungkin saja aku telah terbiasa ditinggalkan, meskipun demikian. Ada zat-zat kebal kesedihan yang mengalir dalam pikiranku ketika seseorang atau sesuatu pergi. Bahkan aku mengira ada suatu hukum tekanan yang harus diteruskan: jika kau ditinggalkan seseorang, maka kau harus membalasnya dengan meninggalkan yang lain. Entahlah. Mungkin kamu terbiasa dengan cara seperti itu.
Tetapi tertinggal dengan seribu pertanyaan bukanlah hal yang nyaman. Itu seperti tersesat tengah malam di kota mati. Tak ada rambu-rambu untuk menunjuki jalanmu kearah mana.
Bila kau bertanya apakah aku kehilangan, ya, aku kehilangan. Bila kau bertanya apakah aku baik-baik saja: kenyataannya hidup harus terus berputar. Mungkin satu-satunya cara untuk menikmati hal ini dengan tenang adalah menganggapnya seperti membaca sebuah novel. Ya, novel dengan akhiran terjelek sekalipun. Betapapun aku penasaran dengan kelanjutan ceritanya, semua terserah pada sang pengarang.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home