Forgotten Bible and Melted Chocolate

Aku hanyalah seorang yang tua dan bodoh, mencoba mengerti namun gagal menasehatimu. Mungkin kau memang terlalu pintar untuk mendengarkan omonganku. Saat kau menutup pintu untukku, biarlah aku mengira semua ini kesalahanku, karena aku bodoh dan tak pernah mengerti.

Friday, January 13, 2006

PUN TUNG SAY

Kamu bukanlah sebatang rokok.
Mungkin kamu adalah sejenis apel dari surga yang dijajakan oleh setan kepada adam dulu.
Rokok hanya terbakar untuk orang.
Apel surga termakan untuk sebuah peristiwa besar:
Mengirimkan adam dan seluruh anak cucunya ke dunia yang sungguh kacau ini.
Upah dosa adalah maut, bukan?
Tapi dosa bagimu mungkin hanya sejenis gerimis, yang kau harapkan akan reda sebentar lagi.
Aku juga tak membawakanmu payung, atau apapun yang bisa mencegah dari kebasahan.
Maut mungkin juga nggak masalah bagimu. Kita toh tidak pernah tahu apa yang di seberang sana.
Lalu apa yang bisa menghentikan langkahmu?

Aku bukanlah kawan yang pantas.
Mungkin aku hanyalah sejenis angin dari laut yang dihembuskan oleh pagi setelah badai reda.
Aku hanya terdorong dan tersuruk.
Kapal tua terdampar untuk sebuah kebohongan besar:
Menuruti angin dan cuaca tanpa menghitung seberapakah hidup akan terus.
Karena itu aku terlempar, bukan?
Tapi tempat bagiku mungkin hanya sejenis impian: tak kusadari akan musnah sebentar lagi.
Aku tak pernah menyalahkan nasib, atau apapun yang bisa kutuduh telah menipuku.
Hidup ini jelas nggak abadi bagiku. Kita pun hanya akan jadi satu angka di dalam sensus.
Lalu apa yang bisa kuharapkan bagiku ?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home